Senin, 29 Februari 2016

PLASTIK BERBAYAR

Sekali-kali menulis topik yang sedang hangat-hangatnya, yaitu tentang plastik berbayar. Saya baru tahu ternyata ada kebijakan bagi konsumen untuk membayar 200 rupiah untuk kantong plastik barang belanjaanketika membeli di supermarket atau minimarket. 

Awalnya saya tidak tahu kalau hal itu adalah suatu kebijakan yang diberlakukan secara menyeluruh. Kemarin, sepulang dari tempat kerja, saya mampir ke minimarket untuk membeli minuman. Pas waktu di kasir, ditawari sama mbak-mbak kasirnya, mau pakai kantong plastik atau tidak...jika iya terkena tambahan 200 rupiah. Tanpa berpikir panjang, lebih tepatnya tanpa mikir, langsung saya bilang tidak mbak. Orang, beli minuman cuma 1 jenis, sama cemilan 1 jenis, bisa dimasukin di tas. Lagian minumannya memang segera mau diminum. Alasan lain lagi, total belanjanya pas, klo ga salah belasan ribu, jadi kalau mau nambah 200 rupiah tidak ada receh. Dan pilihan tidak memakai plastik adalah pilihan logis saat itu. 

Yang saya pikirkan saat itu adalah, ada apa dengan minimarket ini ya, kenapa kok plastik sampai dihargai, yang saya tahu biasanya memang muncul di struk tapi nanti dikasih potongan harga alias gratis. Selintas saya berpikir. mungkin ini adalah sebatas kebijakan internal dari minimarket itu.

Eh, besoknya ada teman yang cerita. Dia membeli kado di tempat lain dan ternyata mesti membayar kontong plastiknya juga. Kalau beli kertas kado sama jasa membungkusnya memang sudah wajar tapi ini kok sekalian dengan kantong plastiknya. Oh, ternyata bukan hanya di minimarket kemarin saja. Memang membeli kantong plastik ini adalah kebijakan yang diberlakukan secara menyeluruh di supermarket dan minimarket. Wah jadi ketinggalan informasi saya. 

Sorenya dengar cerita tetangga dengan nada mengeluh bahwa sekarang kalau belanja di minimarket agak ribet, mesti bayar kantong plastiknya. Kalau tidak mau, ya mesti bawa kantong plastik atau tas sendiri. Bahkan sampai ada prasangka, itu hanya menguntungkan pengusaha plastik saja. Ada komentar miring lain, "Udah ditarik pajak, disuruh bayar plastik pula....". Dan masih ada beberapa komentar dengan nada kurang setuju dengan kebijakan tersebut.

Setelah browsing sebentar tentang kebijakan plastik berbayar, ternyata kebijakan itu untuk mengurangi volume sampah plastik yang dinilai saat ini sudah menumpuk dan berbahaya bagi lingkungan. Karena memang plastik yang saat ini dipakai sebagian besar memang sulit terurai dan bisa mencemari lingkungan. Nah, caranya adalah dengan memberi harga pada plastik tersebut, dengan harapan konsumen akan berpikir ulang untuk membelinya dan lebih memilih membawa tas atau kantong plastik sendiri dari rumah untuk bungkus barang belanjaan. Sebuah cara yang lazim untuk mengelola perilaku masyarakat terkait dengan perilaku konsumsi. Seperti halnya menaikkan tarif parkir kendaraan pribadi agar orang lebih suka memilih memakai kendaraan umum dengan harapan bisa mengurangi kemacetan.

Dan yang perlu diingat adalah jarang sekali kebijakan yang bisa memuaskan semua pihak. Pro kontra biasanya akan selalu ada. Sebab kata Ahmad Albar, dunia ini panggung sandiwara...eh, jadi kesitu. Maksudnya ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis...ada yang pro dan ada yang kontra. Lihat saja harga beras. Petani inginnya harga beras tinggi. tapi konsumen tentu ingin harga beras murah. Jadi wajar, jika suatu kebijakan diterapkan, ada yang menerima dan ada yang menolaknya.

Nah, yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan adalah kebijaksanaannya. Namanya juga kebijakan, harus benar-benar bijak. Sebisa mungkin memberikan manfaat yang lebih besar daripada mudharatnya.  Lebih banyak keuntungannya daripada kerugiannya. Manfaat dan keuntungan bagi siapa?...tentu bagi masyarakat luas, dan bukan untuk segelintir orang yang ingin meraup keuntungan dengan bertameng kebijakan. 

Kembali ke kebijakan kantong plastik berbayar tadi, saya yakin tentu sudah ada kajian atau mungkin simulasi, jika kebijakan itu dilaksanakan maka sampah plastik akan berkurang signifikan setelah sekian bulan atau sekian tahun. Ini yang menjadi fokus penting. Tujuannya adalah pengurangan sampah plastik yang memang berbahaya bagi lingkungan. Dan ini bisa menjadi shortcut untuk mencapai tujuan tersebut. Tapi dengan seharga 200 perak kira-kira berdampak seberapa besar? itu yang memang perlu diyakinkan lagi. 

Sampah plastik harus dikendalikan, dan saya rasa kita sepakat dengan hal itu. Tinggal bagaimana caranya. Jika jangka pendek, bisa dilakukan cara plastik berbayar seperti tadi, dan hal itu perlu diiringi dengan kampanye-kampanye, slogan-slogan yang bisa membangun kesadaran untuk mengurangi konsumsi plastik. Memang tidak mudah untuk membangun kesadaran, perlu intensitas lebih dan biasanya dampaknya tidak instan. Tapi saya rasa itu perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga jika orang melakukan sesuatu karena kesadaran akan sangat berbeda dengan ketika dalam keadaan dipaksa.

Selain kebijakan-kebijakan tersebut, tentu ada beberapa kebijakan lain yang bisa juga dilakukan, misalnya mewajibkan bagi supermarket atau minimarket untuk menggunakan plastik degradable, yang ramah lingkungan. Setahu saya ini sudah dilakukan, tapi berdampak signifikan atau tidak saya belum tahu. Kalau perlu ini memang benar-benar diwajibkan. Nah penetapan kewajiban ini juga perlu didukung dengan produksi plastik degradable yang perlu ditingkatkan serta dikuranginya produksi plastik non-degradable. Kebijakan pengurangan produksi plastik non-degradable saya rasa perlu, karena ketika kita berniat mengurangi pemakaian plastik tapi produksinya tetap saja tidak dibatasi ya sama aja bohong. Sama seperti ingin mengurangi kemacetan, tapi penjualan mobil dan motor tetap ditingkatkan.  

Satu hal lagi, ketika ada permohonan ijin pendirian minimarket, sangat penting untuk mempersyaratkan AMDAL. karena bagaimanapun juga pembagunan tentu akan mengurangi area resapan air, dan tentu tetap ada limbah yang terbuang. Hal ini juga akan berdampak pada lingkungan.

Sebenarnya, sempat terlintas ide juga bagaimana yang diberlakukan bukan kenaikan harga kantong plastiknya, tapi bagaimana jika konsumen yang belanja dengan membawa plastik atau tas sendiri akan mendapat diskon atau yang sejenisnya. Ini bisa jadi lebij menarik bagi konsumen. Tapi dengan cara ini kira-kira toko siap atau tidak. Karena berpengaruh ke costing dan pricing. Kembali ke hal tadi, bahwa suatu kebijakan sebisa mungkin menguntungkan sebagian besar pihak, tidak hanya konsumen tapi juga tokonya.

Ya intinya jika berbicara kebijakan plastik berbayar, tentunya adalah bagaimana agar kebijakan tadi tepat sasaran, yaitu volume sampah plastik bisa terkurangi, tapi tanpa menimbulkan efek samping yang besar bagi pihak-pihak bersangkutan khususnya konsumen, produsen dan tentunya pemerhati lingkungan. Ini hanyalah tulisan dan usulan pada level "resah" (meminjam istilah teman saya). Artinya bukan usulan dari kajian ilmiah atau riset. Hanya berdasarkan ide yang muncul setelah mendengar , melihat dan merasakan dari sekitar. 

Dan semua bisa dimulai dari diri kita sendiri. Hal yang sudah kami lakukan adalah saat belanja bulanan, biasanya kami membawa tas sendiri dari rumah. Itu saya lakukan sejak dulu. Memang tidak semua barang belanjaan tidak dikantongin, khususnya untuk barang yang berair. Tapi setidaknya bisa mengurangi pemakaian plastik. Dan plastik-plastik itu dikumpulkan, jika sudah banyak kami berikan kepada tukang sayur langganan dekat rumah. Setidaknya bisa mengurangi lagi konsumsi plastik. 

Nah, Kalau mantan bos saya dulu memberikan kebijakan untuk memberikan botol minum isi ulang kepada peserta training, khususnya training jangka panjang, yang lebih dari 1 bulan. Kebetulan tempat kerja saya adalah di lembaga pelatihan, jadi sering  berurusan dengan per-training-an. Biasanya panitia akan menyedikan konsumsi salah satunya berupa air mineral dalam kemasan botol plastik. Nah jika trainingnya lebih dari 1 bulan, berapa botol minum yang akan dikonsumsi dan berapa botol plastik yang terbuang. Oleh karena itu, panitia memberikan botol isi ulang, mungkin mirip seperti "lock n lock" gitu lah (nyebut merk deh), dan panitia cukup menyediakan air mineral dalam dispenser. Pemakaian botol plastik bisa dikurangi, dan peserta mendapatkan botol yang bisa bermanfaat dalam jangka panjang.

kantong plastik mahal banget :)


Bisa jadi masih banyak cara bagi kita untuk peduli dengan lingkungan, peduli dengan cara mengelola sampah plastik. Dan lebih baik jika semua itu didasari dari kesadaran, bukan karena keterpaksaan atau dipaksa.