“Sebagian PNS Mbolos Pada Hari Pertama Kerja Setelah Libur Panjang”. Demikian kira-kira judul berita yang saya lihat di internet kemarin. Saya tidak begitu tertarik dengan detail berita tersebut namun lebih tepatnya adalah prihatin sambil bertanya-tanya dalam hati mengapa hal itu bisa terjadi. Tidak hanya sekali ini, bahkan hampir setiap libur panjang entah libur lebaran atau libur natal dan tahun baru, selalu saja ada berita seperti ini. Padahal katanya PNS itu adalah abdi negara.
Saya sendiri kok agak kurang sreg dengan sebutan abdi negara. Saya sendiri juga PNS. namun jika saya disebut sebagai abdi negara, kok rasanya saya tidak akan sanggup. Kata “Abdi” sendiri kalau dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah: orang bawahan, pelayan, budak tebusan. Kalau dalam bahasa Jawa, artinya kurang lebih adalah: pembantu, batur, pelayan atau bisa berarti budak. Jika dalam bahasa sunda, abdi berarti kami atau saya, tapi lebih halus seakan-akan merendahkan diri untuk menghormati yang diajak bicara dengan. Kalau dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab dari kata ‘abada-ya’budu-ibadatan. Isim fa’il (pelakunya) ‘abidun, yang berarti hamba.
Jika kata abdi ditambahkan kata negara sehingga kalau frase abdi negara, dapat diartikan sebagai hamba, pelayan yang bekerja untuk negara. Secara ekstrim, yang namanya abdi, dia bekerja namun tidak dibayar, karena memang dia pelayan bahkan budak. Namun pengertian tersebut jelas tidak akan bisa diterapkan untuk PNS. Karena kita tahu bersama, PNS menerima gaji bahkan mendapat tunjangan, bahkan untuk perjalanan dinaspun juga masih ditanggung biaya transportasi, akomodasinya serta masih mendapat uang saku. Namun yang sangat disayangkan adalah semangat sebagai abdi atau pelayan bagi negara, masyarakat atau kepentingan publik mulai luntur.
Dan melihat fenomena dalam berita internet, terlihat bahwa semangat "abdi" perlu diperbaiki. Perbaikan manusianya maupun manajemen PNS itu sendiri. Perbaikan manusia, berarti mentalnya perlu diperbaiki. Perbaikan manajemen PNS, bisa jadi seorang PNS yang awalnya baik, tapi begitu masuk PNS jadi ikut terbawa sistem sehingga tidak produktif.
Saya jadi teringat dengan suatu anekdot tentang PNS. Sebuah sindiran yang saya rasa cukup menohok bagi sistem birokrasi di negeri ini. Dalam diri PNS itu terdapat 3 karakter, di mana tidak mungkin PNS punya semuanya. Jika dia punya 2 karakter, yang satu tidak akan ada. Karakter itu adalah:
1. Jujur;
2. Pintar; dan
3. Loyal.
JIka seorang PNS jujur, dan pintar, dia tidak loyal. Jika dia jujur dan loyal berarti dia tidak pintar. Jika dia pintar dan loyal berarti tidak jujur. Entah benar entah tidak, tapi bisa jadi anekdot ini muncul karena terjadi fenomena-fenomena PNS yang memang kurang amanah, Meskipun tidak semua seperti itu.
Memang, tidak mungkin membuat PNS sebagai seorang abdi dalam makna seorang yang bekerja dan tidak dibayar. Bagaimanapun juga mereka juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Namun bagaimana agar kinerja mereka bisa meningkat, sehingga uang negara untuk menggaji mereka juga berdampak bagus dan bermanfaat bagi masyarakat dan tidak sia-sia.
PNS itu berbeda dengan sebagai besar pegawai swasta. Kalau biasanya pegawai swasta gajian pada akhir bulan, karena mereka sudah bekerja pada bulan itu. Nah, kalau PNS digaji di awal bulan. Artinya PNS itu digaji dulu baru bekerja. Ini sama saja bahwa PNS itu bekerja untuk membayar hutang pada negara, karena sudah digaji duluan.
Memang tidak mudah untuk mengubah mindset tersebut. Tapi jika sudah dianggap itu sebagai hutang, paling tidak akan ada rasa pakewuh untuk mbolos, pulang sebelum waktu atau malas-malasan dalam bekerja. Dan cara mbayar hutangnya tidak hanya sekadar masuk kantor, finger print, abis itu kabur entah kemana. Tapi benar-benar mengerjakan tugasnya.
Nah yang agak repot ketika sudah ngantor ternyata tidak ada kerjaan. Ini berarti manajemennya yang perlu diperbaiki. Selain itu juga perlu ada inovasi dan kreativitas dari seorang PNS jika emang tidak ada tugas dari atasan. Paling tidak mengusulkan ide-ide pada atasan untuk perbaikan. Kalau kata teman saya, biasakanlah untuk tidak hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tapi biasakanlah untuk berkontribusi. Berusahalah untuk berkontribusi sesuai kewenangannya. Sehingga paling tidak, "hutang" tadi bisa terbayarkan dengan cara itu.
Bekerja sebagai PNS itu pada dasarnya mirip seperti jual beli. PNS menjual jasa ke negara, negara yang membayar. Bayarannya duluan, maka mesti kerja untuk mbayar hutang. Jika malas-malasan kerja apalagi mangkir/mbolos apalagi sampai korupsi. Tidak hanya sekadar sanksi di dunia, tapi lebih berat sanksi di hari kemudian. Allah mengancam bagi orang-orang yang berlaku curang sebagaimana dalam surat Al Muthafifin. Ulama menafsirkan bahwa berlaku curang termasuk di dalamnya adalah orang yang menerima bayaran utuh tapi tidak menunaikan kewajiban sesuai yang telah diterimanya. Oleh karena itu, jika Anda seorang PNS, saat bekerja, niatkanlah untuk membayar hutang.
Like
BalasHapus